Selasa, 04 Januari 2011

Presiden Lebanon Siap Balas Israel

 Michel Suleiman

Lebanon (3/1).       Presiden Lebanon Michel Sleiman kembali menegaskan tak akan tinggal diam menyaksikan pelanggaran yang dilakukan Rezim Zionis Israel terhadap kedaulatan Lebanon. "Lebanon harus mempersiapkan langkah yang jitu untuk menjawab pelanggaran itu," imbuhnya. Pernyataan itu disampaikan Sleiman dengan menunjuk kepada kesiapan strategi pertahanan Lebanon untuk menangkap gangguan Israel. Sang Presiden menekankan kembali soal kemampuan Lebanon dan strategi pertahanan nasional yang juga meliputi bidang politik, diplomasi dan militer dalam menangkap kemungkinan serangan udara, darat dan laut serta upaya untuk membebaskan wilayah yang masih diduduki rezim Zionis Israel. 
 
Kembali dilangsing harian online IRIB pada 28 Desember 2010 lalu menjelaskan sejak berakhirnya perang tahun 2006 sampai saat ini Israel sudah melakukan pelanggaran wilayah udara Lebanon sebanyak lebih dari 6500 kali. Aksi ini jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1701. Resolusi itu sendiri disahkan dalam rangka menghentikan perang yang sudah berlangsung 33 hari, setelah Israel kewalahan menghadapi perlawanan heroik para pejuang Hizbullah.

Sebelum tahun 2006, DK PBB juga pernah mengesahkan resolusi lain tentang Lebanon misalnya resolusi nomor 425. Resolusi ini juga melarang Israel melakukan pelanggaran apapun terhadap kedaulatan Lebanon. Israel juga didesak untuk mundur tanpa syarat dari wilayah yang didudukinya di Lebanon Selatan. Namun sampai sekarang, wilayah ladang subur Shebaa, Kfar Shuba, dan Ghajar masih diduduki oleh rezim ini.

Tak hanya menduduki, Israel juga secara rutin melakukan pelanggaran atas kedaulatan Lebanon. Penyusupan ke wilayah udara Lebanon dan terkadang pelanggaran wilayah darat dengan kendaraan-kendaraan militer kerap dilakukan Israel. Entah apa yang dimaukan orang-orang Zionis dengan melakukan aksi seperti ini. Sebagian kalangan menyebut tindakan itu sebagai unjuk kekuatan untuk memperbaiki kedigdayaannya yang sudah keropos. 

Tahun 2000, untuk pertama kalinya, dunia tercengang mendengar berita kekalahan telak Israel dari pejuang Hizbullah. Bulan Mei tahun itu, tentara Israel dan para militer Lebanon dukungannya lari tunggang langgang meninggalkan barak-barak militer mereka di Lebanon selatan. Praktis sebagian besar wilayah selatan yang rata-rata diduduki Israel selama dua dekade kembali ke pangkuan Lebanon. Keputusan meninggalkan selatan Lebanon diambil setelah tentara Zionis yang sebelum itu dipandang sebagai kekuatan tak terkalahkan mendapat pukulan beruntun dan telak dari para pejuang Muslim Lebanon. 

Sejak saat itu, perimbangan kekuatan di kawasan pun berubah. Israel tak lagi ditakuti. Kemenangan Hizbullah dan keberhasilannya mengusir pasukan Zionis dari wilayah selatan menumbuhkan keberanian di hati rakyat Palestina. Di tahun yang sama, meletus intifada Masjidul Aqsha yang sampai kini gaungnya tetap bergema. (IRIB/Staf Info)