Senin, 03 Januari 2011

Hizbullah: Kami Tak Akan Beri Kesempatan kepada Israel

Lebanon (3/1).    Hizbullah tak akan membiarkan rezim zionis Israel memanfaatkan pengadilan kasus teror atas mantan PM Lebanon Rafik Hariri untuk mewujudkan target yang gagal dicapainya pada perang 33 hari. Hal itu dikatakan Nabil Qawuq, Wakil Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah Lebanon seraya menekankan kepada seluruh pihak di Lebanon agar bersatu menolak penyalahgunaan kasus teror Hariri untuk memukul gerakan muqawama Lebanon. 
 
"Persatuan adalah kunci untuk menyelesaikan semua kesulitan di Lebanon," imbuhnya.
Qawuq menambahkan, "Kami bertekad untuk mengakhiri mata rantai kebohongan dan tipuan. Sebab, mata rantai inilah yang telah memasung Lebanon dan mengguncang kekuatan dan stabilitas negara ini. Mata rantai kebohongan ini pula yang telah merusak hubungan Lebanon dengan Suriah."

Hizbullah Mampu Tembakkan 600 Roket Perhari ke Israel

Lebanon (3/1).    Para pejabat Dinas Intelejen Israel (Mossad) memprediksikan jika terjadi perang antara Israel dan Lebanon, Gerakan Perlawanan Islam Hizbullah mampu menembakkan 400-600 roket setiap harinya ke wikayah Palestina pendudukan.
 
Menurut laporan Jerusalem Post, berdasarkan data dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) yang dirilis kemarin (Ahad 2/1), seorang pejabat Mossad saat bertemu dengan delegasi Kongres AS tahun 2009 mengatakan bahwa Hizbullah saat ini memiliki 40.000 roket dan sejumlah pesawat tanpa awak Iran bernama Ababil yang mampu merambah area seluas 150 km. Ditambahkannya, hal ini membuat Hizbullah mampu menyerang tempat-tempat strategis di Israel.

Lebanon Perkuat Pertahanan Nasional Hadapi Agresi Israel

Lebanon (3/1).    Presiden Lebanon, Michel Sleiman menuntut dibentuknya strategi pertahanan nasional untuk menghadapi agresi brutal Rezim Zionis Israel.
 
Seperti dilaporkan Kantor Berita Jerman DPA, Sleiman Selasa (28/12) di Lebanon Selatan mengatakan, penyusunan strategi pertahanan harus berlandaskan pada kemampuan nasional, diplomatik dan militer guna mencegah Israel melanggar zona udara, darat dan laut negara ini. Tak hanya itu, Sleiman juga menyebut strategi ini untuk membendung aksi spionase Israel di Lebanon serta membebaskan wilayah yang diduduki rezim Tel Aviv. Israel sejak tahun 2006 hingga 2010 telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB no 1701 sebanyak 6.500 kali.