Selasa, 25 Januari 2011

Demonstran : Hizbullah Partai Setan!

Naqoura (25/1)    Lebih dari 500 orang berkumpul pada hari Senin kemarin (24/1) di utara kota Tripoli Libanon untuk mencela pengangkatan calon perdana menteri Najib Mikati yang didukung Hizbullah.

Pendukung Perdana Menteri Saad Hariri, pemerintah yang runtuh awal bulan ini, berkumpul di sebuah alun-alun kota meneriakkan "Keluar dengan Najib!" dan "Hizbullah, partai setan!" pada saat tembakan terdengar di daerah itu, seorang koresponden AFP melaporkan.

Para demonstran berjanji mereka akan kembali berdemo pada hari Selasa ini (25/1) atas desakan syaikh Sunni Muslim lokal.


Miliarder Najib Mikati, yang berasal dari Tripoli, digadang-gadang akan menggantikan Hariri yang didukung Saudi, setelah Hizbullah dan sekutu-sekutunya menyebut namanya pada hari Senin kemarin sebagai kandidat mereka untuk pemilihan perdana menteri mendatang.

Penggerebegan Teroris di Klaten

Naqoura-Lebanon (25/1)       Mabes Polri memastikan adanya penggerebekan terduga teroris di Sukoharjo dan Klaten, Jawa Tengah. Total yang ditangkap dari 2 lokasi tersebut adalah 6 orang.

"Ada 6 orang. Profesinya saya belum tahu," kata Kabagpenum Mabes Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Selasa (25/1/2011).

Densus 88 Tangkap Seorang Tersangka Teroris di Jateng

Naqoura-Lebanon (25/1) Tim Densus 88 Polri, Selasa (25/1) menangkap Roki Apres Giyanto alias Antok, tersangka anggota teroris di Sleman, Klaten, dan Sukorharjo, Jawa Tengah.

"Penangkapan oleh Densus 88 Mabes di wilayah Polres Sukoharjo pada Selasa pukul 10.00 WIB," jelas Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Boy Rafli Amar, melalui pesan singkatnya, Jakarta, Selasa (25/1).

baca selengkapnya

Kubu Sunni Tolak Pemerintahan Hizbullah

Naqoura-Lebanon (25/1)    Para pendukung Perdana Menteri sementara Libanon Saad Hariri turun ke jalan memprotes upaya Hizbullah membentuk pemerintahan baru.

Para pengunjuk rasa, yang menuduh gerakan Islam Syiah itu merencanakan sebuah kudeta, memblokir jalan raya dan membakar ban mobil di beberapa kota sambil menghujat Hizbullah.

Sejumlah laporan mengatakan unjuk rasa pecah di kawasan yang didominasi warga Sunni.

Upaya Hizbullah membentuk pemerintahan baru muncul setelah kandidat mereka Najib Mikati memenangkan nominasi sebagai perdana menteri Libanon selanjutnya. baca selengkapnya

25 Januari Dalam Lintasan Sejarah

Arba'in Syahadahnya Imam Husein
Tanggal 20 Shafar tahun 61 hijriah, kafilah keluar Rasulullah yang selamat dari tragedi Asyura kembali ke Karbala. Peristiwa ini terjadi tepat 40 hari setelah tragedi itu berlangsung. Tanggal 20 Shafar kemudian dikenang oleh para pengikut Ahlul Bait sebagai hari "Arba'in" atau hari ke-40. 

 
Berdasarkan catatan sejarah, setelah berlangsungnya tragedi pahit Asyura, kafilah keluarga Rasulullah yang tersisa, di antaranya Imam Zainal Abidin yang saat itu tengah sakit keras dan putranya Imam Baqir, beserta kaum perempuan, digiring oleh pasukan Ibnu Ziyad sebagai tawanan. Di Kufah, mereka menggugah kesadaran masyarakat tentang hakikat yang sebenarnya terjadi di Karbala. Sebagaimana yang dicatat secara cermat oleh para sejarawan, terjadi banyak distorsi yang dibuat oleh Ibnu Ziyad dalam menutup-nutupi hakikat perjuangan Imam Husein dan sahabat-sahabatnya hingga gugur syahid di Karbala. 

24 Januari Dalam Lintasan Sejarah

Demonstrasi Perwira AU Iran


Tanggal 24 Januari 1979, rakyat kembali mengadakan demonstrasi besar-besaran menentang perintah Rezim Pahlevi yang melarang rakyat untuk melakukan pertemuan lebih dari dua orang. Dalam demonstrasi ini banyak rakyat yang gugur syahid akibat tindakan represif tentera Shah. 

Pada hari ini pula, sejumlah besar perwira Angkatan Udara turun ke jalan-jalan untuk berdemonstrasi dan menunjukkan kesetiaan mereka kepada Imam Khomeini. Di akhir demonstrasi, para perwira itu mengeluarkan resolusi yang berisi kecaman atas kejahatan Rezim Shah Pahlevi dan kesiapan mereka untuk mendukung Imam Khomeini.
Perjanjian Breda Ditandatangani

Antisipasi Perang Meletus, Militer Lebanon Berjaga-jaga!

Naqoura (25/1)        Militer Lebanon menyatakan memperketat keamanan untuk mencegah potensi ancaman di tengah krisis politik di negara itu menjelang pemilihan perdana menteri baru.  

Militer Lebanon kemarin (Senin,24/1) menegaskan eskalasi pengerahan pasukan dan meningkatkan keamanan dan stabilitas negara di tengah krisis politik saat ini. Militer meminta warga Lebanon untuk menunjukkan janggung jawab nasional dalam tingkat tertinggi. Militer juga menggarisbawahi akan bersikap tegas terhadap setiap usaha yang membahayakan keamanan, kebebasan dan stabilitas warga Lebanon. Lebanon bergulat dengan krisis politik terburuk sejak 2008, terutama dipicu provokasi Pengadilan Khusus yang didukung AS (STL). 

Kini, berbagai partai politik bernegosiasi untuk memilih perdana menteri baru menyusul bubarnya pemerintahan Saad Hariri. Presiden Lebanon Michel Sleiman mengadakan pembicaraan dengan parlemen pada hari Senin untuk memutuskan siapa yang harus menunjuk perdana menteri berikutnya. Sementara itu, Israel dilaporkan mempersiapkan upaya untuk mengambil keuntungan dari kekacauan politik di Lebanon dan memulai lagi serangan militer. 

Dalam sebuah wawancara dengan Press TV Lebanon, analis politik Radwan Rizk mengatakan Israel serius mempertimbangkan invasi ke Lebanon selatan di tengah meningkatnya keprihatinan tentang pembentukan pemerintahan yang dipimpin Hizbullah di negara ini. 

Rizk menegaskan,"Israel mencari sekutu di dalam negeri Lebanon untuk mengambil alih pemerintahan. Namun ini hanyalah mimpi, karena kita tidak pernah akan membiarkannya terjadi!"(IRIB/Info Ops)

Hizbullah Usung Miqati Sebagai PM Lebanon



Naqoura, (25/1)      Kelompok-kelompok oposisi Lebanon telah mengumumkan pencalonan Najib Miqati untuk menjabat sebagai perdana menteri negara itu. Sebagaimana dilaporkan kantor berita ISNA, partai oposisi Lebanon dalam keterangannya, menyatakan, "Najib Miqati (55 tahun), yang pernah menjadi perdana menteri Lebanon selama tiga bulan pada April 2005, merupakan kandidat kelompok oposisi untuk kembali menduduki jabatan itu."
 
Situs televisi Aljazeera melaporkan bahwa Menteri Industri dan Perdagangan Lebanon Muhammad al-Safdi, Qasem Abdul Aziz dan Ahmad Karami, yang merupakan anggota parlemen, akan merestui pencalonan Miqati. Oleh karena itu, partai oposisi akan memimpin mayoritas di parlemen. 

Presiden Michel Sleiman kemarin, Senin (24/1) dan hari ini  memulai pembicaraan dengan fraksi-fraksi di parlemen untuk memperoleh suara mayoritas tentang pembentukan pemerintah baru Lebanon. 

Sebelumnya, Pemimpin Druze Lebanon Walid Jumblatt mengatakan, kelompoknya akan mendukung Hizbullah untuk memilih perdana menteri baru. Dalam sebuah konferensi pers belum lama ini, Jumblatt mengumumkan sikap politik untuk menjamin kesetiaan Partai Sosialis Progresif kepada Suriah dan muqawama.

Pernyataan itu semakin mempersempit peluang Hariri untuk kembali mencalonkan diri sebagai PM Lebanon dalam lobi parlemen hari ini. (IRIB/Info Ops)

Apa yang Akan Terjadi di Lebanon

(Ditulis oleh Franklin Lamb)
KRISIS pemerintahan Lebanon baru-baru ini sebenarnya berawal pada 14 Februari 2005, Hari Valentine sekaligus hari pembunuhan perdana menteri Lebanon Rafik Hariri dan 20 orang lainnya. Pemerintah Bush menyatakan Suriah bertanggung jawab. Dari peristiwa ini, pemerintah AS melihat adanya satu kesempatan untuk memaksa rezim Basyar Asad agar menanggalkan persahabatannya dengan rival abadi Washington di kawasan, Iran, dan mengakhiri dukungannya kepada gerakan Perlawnanan Nasional Lebanon yang dipimpin oleh Hizbullah.

Salah seorang penasehat hukum Departemen Luar Negeri AS di bawah Menlu Condoleezza Rice mengajukan sebuah ide untuk menggunakan Dewan Keamanan PBB untuk membentuk sebuah Pengadilan Khusus untuk Lebanon (Special Tribunal for Lebanon—STL) dalam rangka mengadili para pembunuh Hariri dan mendesak Suriah agar lebih kooperatif kepada proyek-proyek Israel dan AS di kawasan. Apa yang tidak dipertimbangkan pada saat itu, dan belakangan menjadi berkah dari sudut pandang Israel dan pemerintah Bush, adalah bocoran informasi STL yang mengklaim bahwa anggota-anggota Hizbullah mungkin juga terlibat dalam pembunuhan tersebut. Israel dan AS pun segera berubah haluan dan memutuskan untuk menggunakan STL yang baru terbentuk itu untuk menghancurkan Hizbullah sekali dan untuk selamanya, dan juga untuk mengoreksi perilaku Suriah, karena percaya bahwa pemerintah Suriah juga bisa didakwa.