Senin, 14 Februari 2011

Lebanon Lahirkan “Garuda Band”


 ("Garuda Band" saat latihan)

Naqoura (14/2)   Bagi kebanyakan orang, setiap anggota militer hanya dilatih untuk perang saja. Namun tidak demikian selalu benar  angapan itu. Selain perang TNI juga dibekali kemampuan khusus diluar kemiliteran dan kemampuan itu adalah bermain musik.

Di sela-sela kesibukan sebagai peacekeepers di Lebanon Satgas Indo FPC menyempatkan diri membina kemampuan anggota untuk bermain musik. Dibawah asuhan Wadan Satgas Indo FPC Konga XXVI-C2/Unifil Mayor Mar Edi Prayitno tentunya atas restu Komandan Satgas Mayor Inf Henry Mahyudi, anggota Satgas Indo FPC secara rutin tiga kali dalam setiap minggunya dilatih itu. Hingga saat ini kemampuan para personel Indo FPC meningkat tajam.

Bekerja sama dengan satgas tetangga dalam hal ini Satgas Indo FHQSU, Wadan Satgas dengan penuh semangat melatih para prajurit agar benar-benar mampu menjadi seorang pemusik. Latar belakang yang mendasari kegiatan tersebut menurut Mayor Mar Edi Prayitno adalah sebagai wahana hiburan dan menambah kemapuan prajurit khusunya di bidang musik. Musik itu asyik buat dinikmati dan ternyata jika dikenalkan dan dilatihkan dengan baik, musik bisa meningkatkan kemampuan otak dan pikiran bisa fresh, demikian ungkap Mayor Mar Edi Prayitno saat diwawancarai disela-sela latihan.

 ("Garuda Band" saat malam pergantian tahun baru 2011)
Hingga akhir triwulan pertama penugasan Satgas Indo FPC telah memiliki grup band sendiri dengan nama “Garuda Band”. Sengaja menyelipkan nama “Garuda” terinspirasi dari gaung “Garuda” yang selama ini menggelegar di masyarakat Lebanon dan dilingkungan Unifil.

Kebesaran nama “Garuda” yang sangat luar biasa itulah sumber isnpirasi utama yang digunakan sebagai nama grup band Satgas Indo FPC. Event-event  khusus grup band tersebut selalu dilibatkan guna memeriahkan acara misalnya, malam pergantian tahun baru 2011 lalu, malam perpisahan Satgas SO dan event-event lainnya. Semoga “Garuda Band” akan lebih maju. Salam Garuda !!!. (Info Ops/Goes-Noer)

Ada Kepentingan Internasional di Ahmadiyah




Naqoura (14/2)    JAKARTA--MICOM: Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi mengungkapkan adanya fakta menarik di balik aliran jemaah Ahmadiyah. Selain sarat agama, Ahmadiyah juga sangat kental akan nuansa politik. selengkapnya

Restorasi Selamatkan Negara Gagal

Naqoura (14/2)     "Tak Putus Dirundung Malang." Itulah judul novel karya sastrawan Sutan Takdir Alisyabana yang boleh dibilang menjadi frase yang tepat untuk menggambarkan situasi Indonesia saat ini.

Begitulah Ketua Wilayah Nasional Demokrat Jakarta Raya, Jeffrie Geovanie menilai kondisi Indonesia yang terus-menerus ditimpa bencana, baik bencana alam maupun sosial. Tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran, telah mengancam Indonesia jatuh menjadi negara yang gagal. selengkapnya


Mubarak Ingatkan Indonesia pada Soeharto

Naqoura (14/2)       Masuk sebagai pahlawan, keluar sebagai pecundang. Itulah kisah berulang kehidupan para pemimpin besar dunia yang terjebak dalam jabatan yang disandangnya. Kali ini, kisah itu menimpa Presiden Mesir Hosni Mubarak.
 
Meski terpisah jarak ribuan kilometer dan memimpin dua negeri yang jauh berbeda di zaman yang berbeda pula, kisah kehidupan Mubarak seperti mengingatkan pada kisah hidup presiden ke-2 RI, Soeharto.

Kedua tokoh itu memiliki latar belakang kehidupan yang hampir sama: meniti karier militer yang gemilang, naik ke pucuk kepemimpinan nasional setelah sebuah tragedi berdarah, berhasil memajukan negara masing-masing secara ekonomi, memerintah dengan tangan besi tetapi menikmati dukungan penuh negara-negara kampiun demokrasi dan penegak HAM dari Barat, serta bahkan terjatuh dari takhta dengan cara yang kurang lebih serupa.

AS “Jinakkan” Yordania Agar Tak Meledak

Naqoura (14/1)      Raja Yordania Abdullah II kemarin (Sabtu,13/2) bertemu Bill Burns, Deputi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk urusan Timur Tengah, guna membahas transformasi terbaru di Timur Tengah, terutama di Mesir, Tunisia dan perundingan dengan rezim Zionis Israel. 

Selain itu, Raja Abdullah II secara terpisah bertemu dengan Wakil Khusus Rusia urusan Timur Tengah, Alexander Saltanov. emua tahu bahwa tumbangnya Mubarak bukan hanya peristiwa dalam negeri Mesir semata. Revolusi di Negeri Piramida itu menjadi fenomena penting di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Sebagaimana jatuhnya rezim diktator Zine Al Abidine Ben Ali, yang dampaknya tidak terbatas di Tunisia saja, bahkan imbasnya mendorong rakyat Mesir menggulingkan pemimpin despotik, Hosni Mubarak. Bola api itu terus menggelinding kencang, dan kini kita menyaksikan aksi protes serupa dilakukan rakyat Aljazair dan Yaman menentang pemerintah mereka.

Yordania termasuk negara yang ketir-ketir menghadapi gejolak protes rakyatnya dan kelompok oposisi di negara ini. Abu Baker, Pemimpin Gerakan Ikhwanul Muslimin Yordania mengatakan, kelompok ini terpengaruh atas apa yang dilakukan rakyat Mesir menggulingkan rezim diktator. Seraya menyinggung penderitaan mayoritas bangsa Arab di bahwa tekanan penguasa mereka, pemimpin Ikhwanul Muslimin memperingatkan rezim-rezim di kawasan untuk mengambil pelajaran dari nasib diktator Mesir.

Statemen pemimpin Ikhwanul Muslimin ini menjadi sebuah ancaman serius bagi rezim monarki Yordania yang belum lama ini mengangkat perdana menteri baru untuk menunjukkan terjadinya reformasi di tubuh pemerintahan Amman.

Marouf Al-Bakhit, Perdana Menteri Baru Yordania yang baru dilantik pekan lalu, saat menyikapi lengsernya Mubarak mengatakan, Yordania menyadari perubahan yang terjadi di kawasan. Untuk itu pemerintah Amman melakukan reformasi politik dan ekonomi demi meningkatkan partisipasi rakyat.

Statemen Al-Bakhit menunjukkan bahwa pemerintah Yordania berupaya melakukan reformasi sebagai upaya untuk membendung munculnya revolusi rakyat di negara ini. Pemerintah Amman mengkhawatirkan gelombang protes rakyat di Timur Tengah dan Dunia Arab akan menghantam Yordania, dan isu ini menjadi agenda utama pertemuan Raja Abdullah II dengan utusan khusus AS dan Rusia.

Bill Burns mengungkapkan komitmen serius dan dukungan khusus pemerintahan Obama terhadap Yordania. Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah ini menegaskan dukungan Washington terhadap program reformasi Yordania. Dengan demikian, Burns menekankan bahwa dukungan Gedung Putih terhadap pemerintahan Amman dilakukan dengan syarat Yordania melakukan reformasi untuk mengontrol protes rakyatnya. Tugas Dewan Tinggi Militer Mesir yang memegang kendali pemerintahan transisi adalah melakukan reformasi, yaitu perubahan yang juga diharapkan Washington dilakukan oleh Yordania.(IRIB/Info Ops)

Mubarak Lengser, Israel Batal Serang Iran

Naqoura (14/2)      Koran Haaretz dalam artikelnya menekankan bahwa dengan runtuhnya rezim Mubarak di Mesir, Rezim Zionis Israel batal serang Republik Islam Iran.
 
Seperti dilaporkan Fars News, Aluf Benn dalam tulisannya bertajuk "Tanpa Mubarak, Serangan ke Iran Batal" yang dimuat Haaretz menekankan, Israel kesulitan kesulitan meluaskan pengaruhnya di wilayah timur dan rezim ini tidak bisa mengandalkan kesepakatan semu untuk bergerak di perbatasan sebelah barat. Koran ini menambahkan, mayoritas warga Israel di saat Mubarak memimpin Mesir dilahirkan di Israel atau hijrah ke Tel Aviv. Ini adalah realita yang ada dan ini adalah jasa Mubarak yang memberi ketenangan kepada Israel.

Aljazair Bergolak, 200 Ribu Pendemo Turun Jalan

Naqoura (14/2)    Aljazair bergolak menyusul rakyat Tunisia dan Mesir yang berhasil menggulingkan rezim mereka. Sebagaimana dilaporkan Koran Le Parisien, terbitan Perancis, lebih dari 10 ribu warga Aljazair menyemut di jalan-jalan utama ibukota negara ini, Aljiers. Mereka menyerukan demokrasi dan kebebasan.
Para pendemo berkumpul di Bundaran 1 Februari dekat Rumah Sakit Mostafa Pasha yang juga tempat perawatan Presiden Pertama Aljazair, Ahmed Ben Bella setelah kemerdekaan dari 132 penjajahan Perancis. Mereka bergerak dari bundaran itu menuju bundaran Syuhada. Para polisi pun menahan parta pendemo supaya tidak melanjutkan aksi mereka.

Kronologi 18 Hari Revolusi Mesir

Naqoura (14/2)         Revolusi rakyat Mesir yang berlangsung selama lebih dari dua pekan di berbagai kota negara ini akhirnya berhasil menamatkan usia rezim diktator pimpinan Hosni Mubarak, yang telah berkuasa selama 30 tahun. 
 
Berikut ini kronologinya:
25 Januari

Warga mulai berdemonstrasi menentang pemerintah yang diikuti ribuan warga di Kairo dan berbagai propinsi lainnya. Demonstrasi yang disebut dengan nama "Hari Kemarahan" itu berlangsung atas permintaan para aktivis Mesir melalui jejaring sosial Facebook.
Empat orang termasuk seorang aparat keamanan tewas dalam bentrokan antara para demonstran dan aparat.