(Edisi 1/Naqoura, Senin 3/1/2011. 23.31 waktu Lebanon )
Menjadi pemimpin yang baik tidaklah semudah mendapatkan jabatan ‘pemimpin’, namun bagaimana kita akan memerpalukan diri sendiri setelah menjadi seorang pemimpin manakala jabatan ‘pemimpin’ itu telah kita dapatkan, apapun namanya organisasi itu yang harus kita pimpin. Untuk menjadi pemimpin yang baik dan disegani tentu saja membutuhkan waktu dan proses interaksi yang panjang dengan anak buah, anggota, jama’ah dan lain-lain sesuai nama organisasinya.
Banyak hal atau kiat yang mungkin bisa dilakukan walaupun saya yakin akan sulit untuk menjalaninya (minimal ada upaya), antara lain :
1. Menjadi suri tauladan. Hal ini bukan berarti kita harus sempurna dahulu akhlaqnya, akan tapi paling tidak harus konsisten antara apa yang kita ucapkan dengan tindakan kita di hadapan anak buah. Misalnya, kita mengatakan bahwa rapat akan dimulai pukul 8.00, maka kita harus konsisten memulai rapat pada jam 8.00 tersebut.
2. Miliki kompetensi yang dibutuhkan oleh organisasi. Kita harus mampu menunjukan kompetensi itu di depan anak buah agar mereka tahu bahwa mereka dipimpin oleh orang yang ahli di bidangnya, sehingga mereka segan terhadap pemimpinnya.
3. Jaga penampilan Anda “sedikit” di atas mereka. Jika anak buah memakai kaos, paling tidak kita memakai kemeja. Jika mereka berinfaq 1000 rupiah, tentunya kita berinfaq lebih dari itu. Yang penting, penampilan (secara fisik) harus lebih rapi dan bersih dari anak buah.
4. Jangan pernah bosan untuk berkomunikasi dengan anak buah. Jelaskan visi dan kemauan kita sebagai pemimpin kepada anak buah secara berulang-ulang serta harus mampu memberi contoh nyata. Kalau bisa dengan metode yang berbeda-beda agar mereka tidak bosan dengan penjelasan kita. Pemimpin yang baik tidak boleh pendiam namun harus mau dan sabar menjelaskan keinginannya secara terus menerus dan berulang-ulang.
5. Rajinlah memberikan “setoran” kebaikan kepada anak buah. Mulai dari hal yang kecil, seperti memulai berjabat tangan, memulia tersenyum dan menyapa lebih dahulu sampai yang ‘berat’ seperti menolong anak buah yang kesulitan. Hal ini perlu dilakukan secara rutin “setoran” tersebut walau kecil daripada hanya sesekali walaupun besar. Ini sesuai dengan hadits Nabi, “Sesungguhnya Allah lebih mencintai amal yang rutin walau sedikit” (HR. Muslim).
Semoga dengan lima cara ini dapat menjadikan kita seorang pemimpin yang baik dan disegani oleh anak buah.
(Edisi tengah malam, ditulis dan digagas secara pribadi oleh penerbit)