Lebanon (3/1). Seperti yang dilangsir harian online IRIB pada Jum'at (31/12/2010) menjelaskan bahwa seorang peneliti menilai rezim Zionis tidak dapat bertahan dalam perang panjang dengan lawannya, karena Israel memiliki keterbatasan geografis.
Mengacu pada perang 2006 di Lebanon, Ahmed mengatakan, "Pasukan Israel dikalahkan sangat cepat setelah berperang hanya dalam beberapa minggu, karena mereka tidak memiliki kedalaman geografis."
Direktur IGA (Institiut Kajian Teluk Persia) Ali al-Ahmed mengatakan, "Setiap kali rezim Zionis berperang dengan kekuatan tangguh di wilayah ini akan mendorong Israel untuk menggunakan sesuatu yang melebihi senjata konvensional."
"Semua perang regional melawan Israel adalah perang terbatas, karena itulah mengapa perang tersebut belum mengancam keberadaan Israel." tegas Ahmed. Sebuah dokumen negara yang baru dirilis di Inggris mengungkapkan bahwa Israel siap menggunakan bom nuklir dalam konflik bersenjata dengan negara tetangga Arab-nya. Dokumen resmi mengungkapkan komunikasi antara John Robinson, seorang mantan duta besar Inggris ke Tel Aviv mengenai serangan nuklir Israel.
Pada tahun 1986, teknisi nuklir Israel pada reaktor nuklir Dimona di padang pasir Negev, Mordechai Vanunu membocorkan berita bahwa Israel memiliki sekitar 100 hingga 200 senjata nuklir. Pada Mei 2010 lalu, harian Inggris, The Guardian melaporkan, dokumen-dokumen rahasia Afrika Selatan mengungkapkan bahwa pada tahun 1975, Israel menawarkan penjualan hulu ledak nuklir untuk rezim apartheid di Afrika Selatan.Tel Aviv tidak bersedia menandatangani Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT) dan juga menolak pemeriksaan internasional atas fasilitas nuklirnya.(IRIB/Staf Info)