Naqoura (25/1) Militer Lebanon menyatakan memperketat keamanan untuk mencegah potensi ancaman di tengah krisis politik di negara itu menjelang pemilihan perdana menteri baru.
Militer Lebanon kemarin (Senin,24/1) menegaskan eskalasi pengerahan pasukan dan meningkatkan keamanan dan stabilitas negara di tengah krisis politik saat ini. Militer meminta warga Lebanon untuk menunjukkan janggung jawab nasional dalam tingkat tertinggi. Militer juga menggarisbawahi akan bersikap tegas terhadap setiap usaha yang membahayakan keamanan, kebebasan dan stabilitas warga Lebanon. Lebanon bergulat dengan krisis politik terburuk sejak 2008, terutama dipicu provokasi Pengadilan Khusus yang didukung AS (STL).
Kini, berbagai partai politik bernegosiasi untuk memilih perdana menteri baru menyusul bubarnya pemerintahan Saad Hariri. Presiden Lebanon Michel Sleiman mengadakan pembicaraan dengan parlemen pada hari Senin untuk memutuskan siapa yang harus menunjuk perdana menteri berikutnya. Sementara itu, Israel dilaporkan mempersiapkan upaya untuk mengambil keuntungan dari kekacauan politik di Lebanon dan memulai lagi serangan militer.
Dalam sebuah wawancara dengan Press TV Lebanon, analis politik Radwan Rizk mengatakan Israel serius mempertimbangkan invasi ke Lebanon selatan di tengah meningkatnya keprihatinan tentang pembentukan pemerintahan yang dipimpin Hizbullah di negara ini.
Rizk menegaskan,"Israel mencari sekutu di dalam negeri Lebanon untuk mengambil alih pemerintahan. Namun ini hanyalah mimpi, karena kita tidak pernah akan membiarkannya terjadi!"(IRIB/Info Ops)