Lebanon (16/04) Seorang pejabat senior militer Iran mengatakan, invasi Arab Saudi ke Bahrain untuk membantu rezim Manama dalam menumpas pengunjuk rasa anti-pemerintah, bertentangan dengan hukum internasional.
"Invasi militer Saudi ke Bahrain bertentangan dengan hukum internasional dan ajaran Islam serta nilai-nilai kemanusiaan," kata Jenderal Yahya Rahim Safavi, Penasehat Militer Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, pada hari Sabtu (16/4).
Dia menambahkan bahwa invasi Saudi ke Bahrain telah menciptakan kebencian terhadap Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi di negara-negara regional.
Menurut Rahim Safavi, gerakan-gerakan rakyat yang berkelanjutan adalah untuk memperjuangkan kebebasan dan bertujuan mengembalikan hak-hak bangsa dalam menentukan nasib politik mereka. "Ini untuk kepentingan bangsa dan merugikan Amerika dan rezim Zionis Israel," tegasnya.
Lebih lanjut, Rahim Safavi menyatakan bahwa AS dan negara-negara Barat berupaya menabur benih-benih perpecahan di tengah negara-negara Arab dan Iran selama bertahun-tahun. Ditambahkannya, Barat bermaksud menebarkan Iranphobia untuk menjual senjata senilai miliaran dolar kepada negara-negara regional.
"Kebijakan Iran bukan untuk menciptakan front dan perang. Tehran menyerukan perdamaian abadi dan keamanan di kawasan, bekerja sama dengan semua negara," tambahnya. Seraya mempertanyakan kehadiran AS di Teluk Persia, Rahim Safavi menegaskan, Washington berusaha untuk mengontrol sumber daya minyak di kawasan, menjual senjata dan mencegah jatuhnya rezim-rezim yang bergantung pada Barat. (IRIB/Info Ops)