Naqoura (14/2) Aljazair bergolak menyusul rakyat Tunisia dan Mesir yang berhasil menggulingkan rezim mereka. Sebagaimana dilaporkan Koran Le Parisien, terbitan Perancis, lebih dari 10 ribu warga Aljazair menyemut di jalan-jalan utama ibukota negara ini, Aljiers. Mereka menyerukan demokrasi dan kebebasan.
Para pendemo berkumpul di Bundaran 1 Februari dekat Rumah Sakit Mostafa Pasha yang juga tempat perawatan Presiden Pertama Aljazair, Ahmed Ben Bella setelah kemerdekaan dari 132 penjajahan Perancis. Mereka bergerak dari bundaran itu menuju bundaran Syuhada. Para polisi pun menahan parta pendemo supaya tidak melanjutkan aksi mereka.
Televisi France 24 juga menayangkan para polisi yang terlibat bentrok dengan para pendemo. Ditayangkan pula, sejumlah pendemo ditangkap dan diangkut polisi setempat.
Menyusul penangkapan sejumlah pendemo tersebut, para pejabat lokal langsung mengumumkan bahwa penangkapan itu dilakukan karena para pendemo tidak mendapatkan izin untuk menggelar aksi unjuk rasa. Para pejabat lokal juga mengatakan, "Mereka ditangkap dan akan diadili."
Lambaga Pembela Hak Asasi Manusia (HAM) Aljazair mengumumkan bahwa sekitar 300 pendemo ditangkap dalam aksi unjurk rasa tersebut. Situs Koran Le Parisen terus melaporkan peristiwa yang terjadi di Aljazair pada hari Sabtu. Dilaporkan pula, aksi demo juga terjadi di kota Wahran dan Annaba. Dalam aksi unjuk raja di dua kota tersebut, sejumlah pendemo juga ditangkap polisi setempat. Selain itu, kota Tizi Uzu juga dikejutkan dengan aksi demo besar-besaran yang menggugat kinerja pemerintah Presiden Abdelaziz Bouteflika.
Ketua Komunitas untuk Budaya dan Demokrasi di Aljazair, Saied Saadi, yang juga salah satu tokoh oposisi di negara ini, ketika diwawancarai Koran Perancis, Le Parisien mendukung aksi unjuk rasa anti-kinerja Bouteflika. Ia juga mengkritik sikap bungkam Presiden Abdelaziz Bouteflika dalam mereaksi tuntutan rakyat.
Menurut laporan tersebut, para pendemo di Aljazair menentang perubahan undang-undang dasar, penghapusan kondisi darurat dalam beberapa tahun, kebebasan berekspresi dan penegakan demokrasi.
Aljazair terletak di Afrika Utara yang berjumlah 35 juta warga. Negara ini juga mempunytai cadangan minyak dan gas yang melimpah. Berdasarkan laporan tidak resmi, jumlah pengangguran di Aljazair mencapai 12 persen.
Pada tahun 1991 hingga 2001, Aljazair diliputi konflik internal menyusul kemenangan Front Penyelamat Islam (FIS) dalam pemilu. Kemenangan gerakan Islam itu malah mencipatkan satu dekade kelam yang menewaskan 200 ribu warga dan menciderai ribuan lainnya. Disebutkan pula, negara ini mengalami kerugian sebesar 30 milyar dolar AS.
Tsunami kebangkitan rakyat yang terjadi Afrika Utara berhasil melengserkan diktator Ben Ali di Tunisia dan diktator Mubarak di Mesir. Domino kehancuran rezim-rezim Afrika Utara ini mengarah ke Aljazair. (IRIB/Info Ops)