Senin, 14 Februari 2011

AS “Jinakkan” Yordania Agar Tak Meledak

Naqoura (14/1)      Raja Yordania Abdullah II kemarin (Sabtu,13/2) bertemu Bill Burns, Deputi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk urusan Timur Tengah, guna membahas transformasi terbaru di Timur Tengah, terutama di Mesir, Tunisia dan perundingan dengan rezim Zionis Israel. 

Selain itu, Raja Abdullah II secara terpisah bertemu dengan Wakil Khusus Rusia urusan Timur Tengah, Alexander Saltanov. emua tahu bahwa tumbangnya Mubarak bukan hanya peristiwa dalam negeri Mesir semata. Revolusi di Negeri Piramida itu menjadi fenomena penting di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Sebagaimana jatuhnya rezim diktator Zine Al Abidine Ben Ali, yang dampaknya tidak terbatas di Tunisia saja, bahkan imbasnya mendorong rakyat Mesir menggulingkan pemimpin despotik, Hosni Mubarak. Bola api itu terus menggelinding kencang, dan kini kita menyaksikan aksi protes serupa dilakukan rakyat Aljazair dan Yaman menentang pemerintah mereka.

Yordania termasuk negara yang ketir-ketir menghadapi gejolak protes rakyatnya dan kelompok oposisi di negara ini. Abu Baker, Pemimpin Gerakan Ikhwanul Muslimin Yordania mengatakan, kelompok ini terpengaruh atas apa yang dilakukan rakyat Mesir menggulingkan rezim diktator. Seraya menyinggung penderitaan mayoritas bangsa Arab di bahwa tekanan penguasa mereka, pemimpin Ikhwanul Muslimin memperingatkan rezim-rezim di kawasan untuk mengambil pelajaran dari nasib diktator Mesir.

Statemen pemimpin Ikhwanul Muslimin ini menjadi sebuah ancaman serius bagi rezim monarki Yordania yang belum lama ini mengangkat perdana menteri baru untuk menunjukkan terjadinya reformasi di tubuh pemerintahan Amman.

Marouf Al-Bakhit, Perdana Menteri Baru Yordania yang baru dilantik pekan lalu, saat menyikapi lengsernya Mubarak mengatakan, Yordania menyadari perubahan yang terjadi di kawasan. Untuk itu pemerintah Amman melakukan reformasi politik dan ekonomi demi meningkatkan partisipasi rakyat.

Statemen Al-Bakhit menunjukkan bahwa pemerintah Yordania berupaya melakukan reformasi sebagai upaya untuk membendung munculnya revolusi rakyat di negara ini. Pemerintah Amman mengkhawatirkan gelombang protes rakyat di Timur Tengah dan Dunia Arab akan menghantam Yordania, dan isu ini menjadi agenda utama pertemuan Raja Abdullah II dengan utusan khusus AS dan Rusia.

Bill Burns mengungkapkan komitmen serius dan dukungan khusus pemerintahan Obama terhadap Yordania. Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah ini menegaskan dukungan Washington terhadap program reformasi Yordania. Dengan demikian, Burns menekankan bahwa dukungan Gedung Putih terhadap pemerintahan Amman dilakukan dengan syarat Yordania melakukan reformasi untuk mengontrol protes rakyatnya. Tugas Dewan Tinggi Militer Mesir yang memegang kendali pemerintahan transisi adalah melakukan reformasi, yaitu perubahan yang juga diharapkan Washington dilakukan oleh Yordania.(IRIB/Info Ops)