Selasa, 26 Juli 2011

Tanpa Hizbullah, Lebanon Tidak Akan Bertahan

Lebanon, (25/07)      Politisi senior Lebanon menyatakan bahwa negara ini tidak akan mampu bertahan eksis dalam menghadapi agresi rezim Zionis Israel tanpa gerakan muqawama Hizbullah, dan masa depan Lebanon sangat berkaitan erat dengan gerakan tersebut.
Pemimpin Gerakan Patriotik Bebas (FPM) Michel Aoun, membicarakan berbagai fakta dalam Perang 33 Hari Israel-Hizbullah, dengan radio lokal (24/7) dan menyatakan, "Kita tidak akan mampu bertahan hidup sebagai sebuah negara tanpa kekuatan perlawanan ini atau tanpa dukungan gerakan muqawama." Demikian dilaporkan Daily Star terbitan Lebanon.
Ditambahkannya, "Dari sinilah formula itu muncul, yaitu gabungan antara militer dan muqawama. Keduanya bersatu dan saling terkait dalam melawan musuh."
Menyinggung masa depan yang terikat erat dengan berlanjutnya muqawama Hizbullah, Aoun memperingatkan watak agresif Israel dan keserakahan rezim Zonis untuk mengontrol dan ekspansi.
"Selama Israel tidak menciptakan perdamaian dengan sekitarnya ... maka tahun 2006 menjadi tonggak awal dimulainya keruntuhan rezim Zionis dan tidak ada yang dapat mencegahnya karena sangat sulit untuk mengembalikan semangat kepada orang-orang Israel," tutur Aoun.
Serangan massif Israel ke Lebanon dan bulan Juli 2006, yang dikenal dengan Perang 33 Hari, telah mengakibatkan gugurnya 1.200 warga Lebanon yang mayoritasnya adalah dari pihak sipil.
Sejak saat itu, Israel nyaris setiap hari melanggar zona udara Lebanon.
Pemerintah Lebanon, gerakam muqawama Lebanon, dan Pasukan PBB untuk Lebanon Selatan (UNIFIL), berulangkali mengecam penerbangan tersebut dan menilainya sebagai pelanggaran nyata terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1701. Resolusi tersebut, mengakhiri perang pada Juli 2006 antara Hizbullah dan Israel serta mewajibkan Tel Aviv untuk menghormati kedaulatan Beirut.(Irib/Info Ops)