Lebanon, 25/07) Ketua Partai Kebebasan Nasional Lebanon Michel Aoun hari Ahad (24/7) mengingatkan, masa depan negara ini dijamin oleh muqawama anti Israel. Aoun mengucapkan selamat atas peringatan kelima kemenangan muqawama dalam perang 33 hari di musim panas tahun 2006. Ia menegaskan eksistensi Lebanon bergantung pada perjuangan Hizbullah melawan kebijakan arogan Rezim Zionis Israel.
Aoun menambahkan, kita mampu mempertahankan negara karena kita memiliki pasukan seperti muqawama. Dibagian lain pidatonya, Aoun menandaskan, kini kita tengah menyaksikan saat-saat keterpurukan rezim penjajah Israel. Keruntuhan Israel dimulai dari perang 33 hari tahun 2006 di Lebanon. 12 Juli 2006, militer Israel menggelar perang besar-besaran di Lebanon, namun berkat perjuangan dan perlawanan gigih muqawama selama 33 hari, Israel bukan hanya dipaksa mundur, namun rezim ini pun mengalami kerugian cukup besar.
Pernyataan Aoun mendukung Hizbullah dirilis di saat petinggi Lebanon juga menekankan dilanjutkannya perjuangan melawan Israel. Faisal Karami, Menteri Pemuda dan Olahraga Lebanon saat meninjau sejumlah wilayah Lebanon Selatan menandaskan, muqawama telah berhasil membebaskan tanah yang dijajah Israel. Menurutnya muqawama menciptakan perimbangan baru yang mengindikasikan masa depan cerah negara ini.
Perjuangan rakyat Lebanon memberikan kontribusi besar bagi negara dan mempercepat keruntuhan Rezim Zionis Israel. 30 tahun silam, muqawama mulai menunjukkan pengaruhnya dalam mengangkat posisi Lebanon di tingkat regional dan internasional. Hal ini juga menunjukkan betapa Lebanon dengan mengandalkan kekuatan rakyat, militer dan Hizbullah mampu menghadapi setiap konspirasi musuh dan hal ini dibuktikan dengan pengalaman perang 33 hari melawan Israel.
Di saat Lebanon menjadi sasaran konspirasi kekuatan adi daya dunia serta Israel, Hizbullah aktif membendung setiap upaya busuk tersebut. Dengan kata lain muqawama ibarat bendungan yang mencegah arus konspirasi musuh. Larinya Israel dari kawasan Lebanon Selatan pada tahun 2000 menjadi kekalahan pertama rezim ilegal ini dalam menghadapi muqawama bangsa Lebanon serta mengawali kekalahan berikutnya Tel Aviv.
Kekalahan Israel di perang 33 hari menghadapi perlawanan muqawama Lebanon, khususnya Hizbullah menjadi kekalahan kedua Tel Aviv. Kekalahan ini juga menggagalkan konspirasi Israel untuk menguasai mayoritas wilayah Lebanon dan memecah belah negara ini. Selain itu, program Timur Tengah Raya yang dicanangkan Amerika Serikat dengan Lebanon sebagai sasaran pertama juga mandek. Dengan demikian, muqawama tercatat faktor kekuatan Lebanon. Dari sinilah mengapa para petinggi Beirut tetap bersikukuh mempertahankan muqawama meski mendapat tekanan politik dan intervensi AS. (IRIB/Info Ops)