Naqoura (27/1) Amerika Serikat meluncurkan kampanye kotor menyusul terpilihnya perdana menteri baru Lebanon Najib Mikati. Washington menuduh Hizbullah memaksakan pengangkatan resmi baru-baru ini.
Parlemen Lebanon baru-baru ini menyepakati pengganti kebinet pimpinan Saad Hariri, yang bubar pada 12 Januari lalu.Keputusan ini diambil setelah pertemuan dua hari pencalonan Mikati, yang mendapat dukungan dari kelompok oposisi di antaranya Hizbullah. Kemudian secara resmi diangkat dengan Keputusan Presiden Michel Sleiman.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, menuding munculnya pemerintah yang dipimpin Hizbullah akan "jelas berdampak" pada hubungan Washington dengan Beirut. Gedung Putih juga menuduh gerakan perlawanan Lebanon menggunakan "paksaan, intimidasi dan ancaman kekerasan" untuk mencapai tujuan politik.
Menyikapi tudingan ini, Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah menegaskan, kelompoknya tidak berusaha untuk meraih kekuasaan di negara itu dan menolak klaim bahwa Mikati adalah hanya pilihan Hizbullah.
Perkembangan juga datang di tengah krisis politik yang dipicu Pengadilan Khusus untuk Lebanon (STL) yang didukung AS. Berbicara kepada Press TV, penulis dan komentator politik, Carol Gould mengatakan Washington akhirnya harus datang untuk berdamai dengan perdana menteri Mikati, jika Gedung Putih beritikad baik membantu Lebanon keluar dari ketidakpastian politik saat ini. "Kalau Perdana Menteri Mikati dapat membawa stabilitas ..., maka tidak akan ada masalah dan saya pikir Amerika Serikat akan harus menerima itu," katanya."Mikati adalah lulusan Harvard, ia adalah seorang jutawan-multi - dia punya bisnis telepon selular yang sangat sukses. Dan jika ia dapat membawa perekonomian Lebanon kembali menjadi sosok yang positif, dan membawa stabilitas, maka itu hal yang baik bagi Lebanon. " tegas Gould.(IRIB/Info Ops)